Ketertarikan kita pada kesenian daerah tak lepas dari alat musik tradisionalnya. Kekayaan budaya negeri kita tercinta ini memang sangat menarik untuk diselami. Masing- masing daerah disepanjang kepulauan nusantara memiliki keunikan dan kekhasan adat beserta budayanya.
Salah satunya adalah suku Sunda di jawa Barat. Suku Sunda memiliki banyak warisan budaya yang sangat kaya. Misalnya salah satu alat musik tradisional ‘Angklung’ yang sudah mendunia, masih dilestarikan sampai saat ini. Ada beberapa di antaranya juga diminati anak-anak muda jaman sekarang.
Alat Musik Sunda

Sebelum mengenal lebih jauh 8 Alat Musik Tradisional yang Populer di Jawa Barat, mari kita pelajari dulu salah satu tokoh seniman yang terkait dengan kemunculan alat musik di Jawa Barat. Dia adalah: Raden Machjar Angga Koesoemadinata yang memberi nama pada lambang dan nada alat musik Sunda, yaitu da, mi, na, ti, Ia, da.
Raden Machjar Angga Koesoemadinata, seorang seniman, pengajar musik, dan musikolog Sunda lahir pada tanggal 7 desember 1902 di Sumedang. Beliau meninggal dunia 9 April 1979 di Bandung. Raden Machjar dibesarkan di lingkungan seni dan akademik. Perkenalannya dengan dunia musik barat dimulai saat menjadi murid di sebuah sekolah keguruan bersamaan dengan ilmu fisika.
Ketertarikannya akan dunia musik inilah yang menjadi titik awal penelitiannya akan frekuensi suara dan pengukuran interval pada perangkat gamelan. Sepanjang tahun 1916 -1929 Raden Machjar menciptakan serat kanayang dalam buku karyanya “Elmuning Kawih Sunda”. Beliau juga mengajukan teori laras slendro 10 nada dan pelog 9 nada. Selain itu, beliau juga menciptakan system tangga nada 17 nada. Dimana dalam satu oktaf terdiri dari 17 nada.
Sistem yang dikembangkan tersebut diterapkannya dalam sebuah rancangan gitar yang dinamai “Erman” juga perangkat Gamelan “Ki Pembayun” yang monumental. Masih ada karya monumental lain yang lahir dari tangan dinginnya yaitu Monochord untuk mengukur getaran suara. Monochord inilah kemudian banyak digunakan oleh para ahli musik di berbagai negeri, berikut deretan lagu ciptaan Raden Machjar.
Di usianya yang ke 21 tahun, beliau yang akrab di sapa Pak Machjar, telah mencipta serat kanayagan (notasi nada Sunda). Melalui temuan inilah, Pak Machjar dianggap sebagai Musikolog pertama di tatar Jawa.
8 Alat Musik Tradisional dari Jawa Barat
Kembali pada deretan alat musik tradisional yang Populer di Jawa Barat. Angklung menjadi alat musik pertama yang begitu mudah kita kenal. Popularitasnya telah menyebar ke seluruh dunia. Tapi ternyata, alat musik tradisional Jawa Barat tidak hanya angklung saja. Masih banyak alat musik tradisional lain yang tidak kalah menarik dan unik berasal dari Jawa Barat.
1. Angklung

Alat musik tradisionl ini namanya sangat popular bagi kita dan telah mendunia. Angklung terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipotong ujungnya kemudian disusun sedemikian rupa. Sehingga saat digetarkan atau digoyangkan bisa menghasilkan suara dengan nada yang khas. Alat musik ini masuk dalam kategori alat musik idiofon. Karena hasil bebunyian yang memiliki nada-nada tersebut dihasilkan dari getaran keseluruhan alat musik itu sendiri.
2. Arumba

Arumba atau Alunan Rumpun Bambu adalah sebutan untuk sekelompok alat musik bambu khas Jawa Barat. Alat musik yang dimainkan secara bersamaan untuk menghasilkan sebuah pertunjukan musik. Komposisi esemble Arumba sendiri terdiri dari Angkung Solo, Gambang Pengiring, Gambang Melodi, Bass Lodong dan Gendang.
Arumba sudah menjadi alat musik tradisional Jawa Barat sejak tahun 1960-an. Arumba dapat digunakan sebagai musik instrumental dan dapat digunakan juga untuk mengiringi nyanyian. Banyak lagu yang menggunakan musik arumba tidak hanya lagu daerah Jawa Barat saja, tetapi lagu pop dan dangdut juga bisa diiringi dengan musik arumba.
3. Calung

Calung adalah alat musik yang berasal dari tanah Sunda yang berkembang sejak lama di wilayah Jawa Barat hingga wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Biasanya dimainkan dengan alat musik lain, seperti Angklung yang juga merupakan alat musik khas Sunda.
Seperti halnya angklung, alat musik tradisional ini juga terbuat dari bambu pilihan jenis awi wulung dan awi temen. Namun yang membedakannya dengan angklung adalah cara memainkannya. Angklung dimainkan dengan cara digoyang-goyang sedangkan Calung dimainkan dengan cara dipukul.
Pada awalnya calung dipentaskan untuk mengiringi perayaan dalam upacara adat sunda sebagai ritual bagi masyarakat Jawa Barat. Namun seiring perkembangan zaman, calung berubah fungsinya menjadi alat musik yang menghibur masyarakat dengan menghasilkan harmoni yang indah.
4. Celempung

Celempung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dengan panjang 50-70 cm. Alat musik ini memiliki kualiatas yang sangat bagus karena dibuat secara manual dengan tangan.
Mulai dari pemotong sampai tahap penyerutan bambunya menggunakan pisau khusus yang hanya bisa dikerjakan oleh ahlinya. Bahkan untuk mempercantik alat ini juga disertai dengan ukiran yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi.
Alat musik Celempung ini biasanya dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti karinding dan kecapi hingga angklung. Untuk memainkan alat musik Celempung ini dengan cara di pukul menggunakan alat pukul yang biasanya terbuat dari kayu.
5. Jenglong

Jengglong adalah salah satu alat musik khas Jawa Barat (Sunda) yang dimainkan dengan cara dipukul dengan pemukul khusus, seperti gong dan bonang. Bentuknya juga sangat mirip dengan alat musik Bonang, hanya saja ukurannya sedikit lebih besar, berdiameter 30-40 cm.
Cara paling mudah membedakan jengglong dan bonang adalah dengan melihat jumlah penclon. Jengglong hanya terdiri dari 6 penclon yang terbuat dari bahan perunggu. Jauh lebih sedikit dari Bonang. Selain itu, suara dan nada yang dihasilkan oleh kedua alat musik tersebut juga cukup berbeda.
Alat musik jengglong biasanya diletakkan di atas dudukan yang terbuat dari kayu. Untuk memukulnya, gunakan pemukul khusus yang terbuat dari kayu yang dibungkus kain. Alat musik ini biasa digunakan sebagai pengiring dalam musik degung, musik khas Sunda.
6. Karinding
Selanjutnya adalah Karinding. Alat musik khas Jawa Barat ini terbuat dari pelepah daun kawung (enau) atau bilahan bambu kecil. Cara memainkan alat ini dengan disentil menggunakan ujung telunjuk sambil ditempel di bibir. Alat ini termasuk dalam jenis idiofon atau lamelafon.
Untuk bisa mendapatkan suara yang bagus, Karinding harus ditiup dan dipadukan dengan ditepuk atau diketuk pada bagian tengah. Suara yang dihasilkan tergantung pada pengolahan rongga mulut, lidah dan nafas.
Pada umumnya karinding memiliki panjang 10 cm dan lebar 2 cm, namun hal ini juga tergantung dari fungsi penggunaannya. Ukuran yang berbeda dapat mempengaruhi suara yang akan dihasilkan.
Menurut filosofinya, Karinding adalah simbol alam semesta, lingkungan dan juga spiritualitas. Simbol ini tersirat melalui cara membunyikan Karinding dengan ditabuh dan diketuk menyimbolkan teori pembentukan alam semesta.
Karinding menurut bahasa Sunda terdiri dari kata Ka Ra Da Hyang yang artinya dengan diiringi oleh doa sang Maha Kuasa. Atau ada juga yang mengartikan ka = sumber dan Rinding = bunyi jadi artinya sumber bunyi.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, Karinding dianggap sebagai arahan untuk tetap yakin, sabar, dan sadar/penuh perhatian. Saat menekan atau mengetuk instrument Anda harus yakin dan sabar, sehingga mengeluarkan suara atau bunyi. Sambil tetap menjaga kesadaran, sadar bahwa suara yang keluar adalah suara instrument (karinding), bukan suara kita sendiri.
7. Kecapi

Berikutnya adalah alat musik petik tradisional Kecapi dari Jawa Barat yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini berasal dari daerah Kuningan Jawa Barat dan termasuk dalam kategori alat musik petik (kordofon). Dimana bunyinya dihasilkan dari dawai atau dawai yang bergetar. Kecapi menjadi alat musik utama yang digunakan dalam tembang Sunda Cianjuran atau Mamaos Cianjuran.
8. Tarawangsa
Tarawangsa adalah alat musik petik yang memiliki dua senar yang terbuat dari kawat baja atau besi. Alat musik petik asli Pasundan yang hampir punah ini biasanya dimainkan dengan jentreng, atau harpa dan calung rantay.
Tarawangsa berasal dari tiga kelompok kata, yaitu Ta – Ra – Wangsa. Ta adalah singkatan dari kata Meta yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti pergerakan. Kemudian “Ra” yang sama artinya dengan Ra dalam bahasa Mesir yaitu api yang agung. Dalam bahasa Mesir api yang agung merupakan analogi dari matahari. Dan terakhir adalah kata “Wangsa” yang merupakan sinonim dari kata Bangsa, yaitu orang yang menempati suatu tanah dengan aturan-aturan yang mengikatnya.
Jadi Ta-Ra-Wangsa berarti “Kisah Kehidupan Bangsa Matahari”. Dengan kata lain, Tarawangsa adalah tradisi kesenian penyambutan hasil panen tanaman padi yang sangat mengandalkan sinar matahari sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tarawangsa adalah esemble kordofon (alat musik dawai yang sumber bunyinya berupa ruang resonator) dari dua alat musik. Yang satu disebut Tarawangsa dimana cara memainkannya dengan digesek sedangkan alat musik lainnya dimainkan dengan cara dipetik disebut jentreng.
Penutup
Sebetulnya masih ada banyak alat musik khas Jawa Barat yang belum kita bahas. Namun setidaknya 8 jenis alat musik diatas sudah mewakilinya. Lain waktu akan kita bahas kembali alat musik tradisional di Jawa Barat yang popular.