Sraddha adalah komunitas kreatif berbasis spiritualitas. Kami menenun seni, suara, dan puisi menjadi perjalanan batin yang hidup. Kami percaya bahwa seni bisa menjadi doa. Sraddha bukan sekadar proyek seni, tapi jalan pulang melalui geguritan, suara, dan bentuk.
Kami adalah sebuah inisiatif artistik yang merayakan keheningan, kejujuran ekspresi, dan kekuatan spiritual dalam seni. Kami bekerja lintas-bidang: dari vokal, visual, teks, hingga pengalaman ruang.
Alih-alih mengejar panggung yang ramai, kami lebih memilih berjalan perlahan, menciptakan karya yang bermakna dan berdaya tahan.
Dirinya sebagai pemain cello banyak dibutuhkan berbagai musisi, band, orchestra dan seniman untuk membuat komposisi, aransemen dan rekan kolaborasi. Ruang lingkupnya sangat luas. Dari panggung musik klasik, industri musikpop hingga eksperimental dijalaninya dengan baik. Dimawan juga sudah banyak terlibat dalam industri rekaman di Indonesia. Sa'Unine String Orchestra, Keroncong Tenggara, Magenta Orchestra hingga Twilite Orchestra nerupakan bagian dari karir bermusiknya.
Seorang musisi yang banyak melakukan kerja lintas disiplin ilmu. Dirinya banyak membuat musik ilustrasi untuk pertunjukan teater, puisi, video dokumenter dan jingle musik. Giwang Topo juga aktif membuat komposisi musik, merekam & mengedit video, animasi dan mementaskan secara independen. Banyak karya musik telah dihasilkan baik untuk pihak lain, untuk anak-anaknya dan juga untuk para sahabatnya. Giwang Topo bisa dikatakan sangat piawai dalam memproduksi karya musiknya secara mandiri.
Sebuah inisiatif seni kolaboratif untuk menghidupkan kembali kearifan Jawa Kuna dalam bentuk seni yang relevan, reflektif, dan transformatif. Kami adalah sekelompok seniman, pemikir, dan pecinta budaya yang percaya bahwa kearifan masa lalu bukan untuk disimpan di museum, melainkan untuk dihidupkan kembali dalam kehidupan kita hari ini.
Berangkat dari geguritan “Panglocita” karya Romo I. Kuntara Wiryamartana, S.J., proyek ini bertujuan menyuarakan ulang nilai-nilai spiritualitas Jawa melalui berbagai medium seni kontemporer — mulai dari musik, visual, animasi, hingga kerja komunitas.
Nama Sraddha, yang berarti keyakinan, kesetiaan, dan penghormatan terhadap leluhur, menjadi napas dari seluruh gerakan ini.
Setiap karya, pertunjukan, dan pertemuan di Sraddha bermula dari mendengar. Bukan hanya mendengar suara di luar, tapi juga gema di dalam.
Kami tidak terburu-buru. Kami tidak menciptakan demi tuntutan algoritma. Kami berkarya demi menyampaikan sesuatu yang perlu disampaikan.
Fokus praktik kami meliputi:
✦ Gubahan vokal meditatif (Sraddha Choir)
✦ Karya audio-visual kontemplatif
✦ Workshop tematik
✦ Kolaborasi antar-seniman lintas disiplin
✦ Pendokumentasian seni hidup & tradisi sunyi
Kami bekerja lintas bidang—antara suara, teks, visual, dan ruang hidup. Menghimpun seniman, pemikir, penyanyi, dan pejalan sunyi untuk berkarya secara perlahan, dalam, dan berakar.
Kami memperlakukan suara bukan hanya sebagai bunyi, tetapi sebagai wujud doa. Sraddha Choir adalah ruang bernyanyi bersama dalam kesadaran. Komposisinya tak sekadar nada, tapi juga jeda. Suaranya tak selalu lantang, tapi selalu sampai.
Bahasa adalah tubuh jiwa. Geguritan bagi kami bukan sekadar puisi Jawa—ia adalah nyanyian batin yang dituangkan dalam kata, ritme, dan rasa. Setiap gurit membawa angin, bayang, dan nyala yang hanya bisa dirasakan jika kita bersedia diam sejenak.
Animasi Geguritan adalah bentuk eksperimen kami untuk menyatukan narasi lisan, teks, dan visual dalam satu ruang waktu. Kami menciptakannya perlahan—seperti membuat kopi panas di pagi hari: lambat, tapi meninggalkan jejak hangat.

Melalui pameran yang kuratorial, kami menghadirkan karya-karya kontemplatif: lukisan, instalasi, foto, dan media baru yang berangkat dari proses spiritual dan pencarian makna.
Kami menciptakan video klip bukan untuk viralitas, tetapi untuk menemani. Di dalamnya, musik dan gambar saling memeluk, bukan saling mengejar.
Kami merekam suara bukan hanya agar didengar, tapi agar dikenang. Studio kami bukan hanya ruang teknis, tapi tempat menaruh rasa.
Kami tidak berjalan sendiri. Kami membuka ruang kolaborasi yang organik dan penuh makna. Jika Anda adalah seniman, peneliti, komunitas, atau individu yang mencari ruang tenang untuk berekspresi—mari menjalin sesuatu yang bermakna bersama. Melalui ladang yang kami rawat dengan kesadaran, di mana karya lahir bukan dari keinginan untuk cepat selesai, tetapi dari proses yang jujur dan perlahan. Kami tidak menciptakan program—kami menumbuhkannya. Setiap program kami terbagi dalam tiga pilar, seperti tiga aliran sungai yang menuju samudra yang sama: perenungan, kolaborasi, dan keberlanjutan.
Dapatkan berita dan pembaruan terbaru langsung ke kotak masuk email Anda